Jesisca

BLOG BY JE-SIS-CA ❤

Writing: to Impress or to Express?

Tulisan ini ditulis beberapa menit sebelum gue berulang tahun yang ke-24, dan dengan tulus gue juga berharap tulisan ini dapat membantu siapapun yang memiliki mimpi yang besar untuk menjadi penulis.. (yap, ini juga adalah harapan untuk gue sendiri)

Pastinya sudah sering kita belajar dan bahkan sudah sampai hapal diluar kepala bahwa penulis dan penyair adalah orang yang mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan dong?
Tapi bagaimana kenyataannya?



Banyak penulis ataupun penyair terkenal secara nyata sukses berkat karya-karya yang mereka hasilkan dari pikiran dan perasaannya, contoh nyatanya saja adalah penyair Chairil Anwar.
Tapi memasuki era modernisasi (atau era milenial tralala trilili) seperti sekarang, kebanyakan penulis dan penyair justru adalah orang-orang yang bukan lagi mengekspresikan perasaannya lewat tulisan melainkan menulis untuk membahagiakan ataupun menghibur orang lain.
Apakah cara ini benar?


Mari kita lihat dari pengalaman gue sendiri: 

Gue mulai membuat blog dari tahun 2013 (oh.. saat itu gue juga memang baru tamat sekolah, dan sangat nganggur, jadi itung-itung ngisi waktu yah buat blog deh), tapi selalu terputus dan kemudian tersambung hingga sekarang: tahun 2019 bro sis! (dasar Jesisca, sangat tidak konsisten),
awal mula gue membuat blog, gue masih mengambil konten dari website-website lain dan kemudian menambah beberapa kalimat pembuka serta penutup (numpang tenar gais~),
Tak lupa juga gue cantumkan sumbernya dong karena gue juga tidak mau tersandung masalah hak cipta (menimbang mungkin saja blog gue sewaktu-waktu jadi terkenal dan kemudian dicetak buku seperti Raditya Dika, red-tidak tahu malu)
tapi tentu saja itu tidak akan terjadi kawan-kawan karena tidak ada seorang pun penulis yang terkenal karena mengambil tulisan milik orang lain.

Memasuki awal tahun 2014, saat itu gue sedang galau karena masalah percintaan (biasa dong anak muda :D ) dan gue mulai menulis blog dengan bahasa gue sendiri, hitung-hitung buat curcol juga. Gue sangat ingat karya tulisan murni pertama gue di blog berjudul "Pengalaman-Pengalaman Miris Perempuan Jatuh Cinta", dan tak butuh waktu lama buat tulisan gue untuk menjadi banyak dikunjungi dan dikomentari, bahkan banyak pengunjung blog yang akhirnya malah jadi konsultasi masalah percintaan dengan gue loh (omg heloooow, heran gue, padahal gue single sejak lahir, hahahahak)
bahkan tulisan itu sendiri seperti judulnya: berisi pengalaman-pengalaman miris dari perempuan yang jatuh cinta: dirangkum dari semua pengalaman yang pernah gue denger dari teman gue (tentunya gue samarkan namanya sebagai teman yang baik) dan tidak lupa juga gue selipkan beberapa cerita dari pengalaman gue pribadi which make that post even better!

Seperti kebanyakan manusia yang akhirnya terbuai dengan popularitas:
setelah menuai banyak komentar dan reaksi yang bagus dari pengunjung blog, gue pun mulai segera mencari topik-topik dan bahasan yang menarik yang bisa gue buat di blog itu lagi, tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah supaya semakin banyak pengunjung blog yang datang dan blog tersebut pun bisa semakin terkenal ("wess, sebentar lagi gue tenar~~~" begitu kira-kira isi pikiran dangkal gue disaat itu. )
Pada akhirnya, gue sendiri mulai kehilangan minat ditambah lagi ternyata bahasan yang menarik tidak menambah pengunjung blog sebanyak post gue yang pertama (which is tidak mengherankan kalau dipikir-pikir sekarang karena gue menulis untuk mengesankan serta memanjakan pembaca, bukan lagi untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan gue.
Gue pun berhenti mengurus blog tersebut sekitar akhir tahun 2014, kemudian jika tidak salah lanjut lagi sekitar pertengahan tahun 2016, namun gue hapus seluruhnya blog tersebut pada akhir tahun 2018. (tentunya dengan perasaan yang sangat tidak rela terutama untuk postingan yang banyak pengunjungnya tadi, tapi apa boleh buat, kan gue bertekat untuk mencari nama baru dan juga membuat terobosan baru untuk blog gue) sihiy bahasanya tong..

Nah, gue tau jelas dalam diri gue kalo gue memang sangat suka menulis, yapp.. gue sangat baik dalam mengungkapkan apa yang gue rasakan dalam tulisan, tapi gue tuh tidak pernah sadar bahwa gue sudah mulai salah menentukan tujuan ketika menulis.

Akhir tahun 2018, selain menghapus blog yang lama, gue juga membuka blog yang baru (yah blog ini cuy),
tapi kembali lagi seperti dulu, gue masih menulis dengan niat untuk mengesankan pembaca bukan untuk mengekspresikan diri.

Pada satu titik, gue pun meminta salah satu teman yang cukup gue percayai untuk membaca tulisan di blog gue dan memberikan komentar.

Gue merasa udah nulis dengan bahasa gue sendiri gitu loh, tidak mengambil dari website lain, tapi kenapa sepertinya ada yang kurang?

Komentar dari sobat gue yang masih gue ingat sampai sekarang adalah ketika dia bilang bahwa topik-topik yang gue ambil sebenarnya sudah cukup menarik, tapi tulisan tersebut sepertinya tidak bernyawa. Gue seperti menulis dengan gaya tulisan yang bukan seperti gue: tulisan yang sangat sopan tapi ntah kenapa tidak lucu padahal kalimat yang gue utarakan adalah lucu untuk pembaca awam pada umumnya, gaes kira-kira paham maksudnya?

Kalo ngak paham,
Mungkin bisa mengambil contoh nyatanya nih:
suasana upacara senin pagi di sekolah vs. suasana upacara di istana presiden pada 17 agustus (yang biasa ditanyakan di tv-tv itu loh)..
Sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, tapi mengapa lebih terasa menggentarkan hati ketika mendengarkan lagu Indonesia Raya tersebut dinyanyikan di Istana Presiden pada acara 17 Agustusan tersebut?
Nah, teman-teman sudah tau jawabannya bukan?

Saat itu gue masih lost focus, (gue mah gitu memang orangnya, bebal kalo dibilangin~) gue kirain ada yang salah dengan gaya bahasanya gue: "sepertinya gue terlalu melembutkan penulisan gue karena takut pembaca tersinggung?" itulah pikiran gue pada awalnya karena itulah juga yang dikatakan oleh teman baik saya.
Pada akhirnya gue stop lagi melanjutkan penulisan blog (duhhh...) selama beberapa bulan untuk merenungkan gaya bahasa yang bagaimana yang seharusnya gue pakai untuk menulis blog.
Ditambah lagi, gue juga akhirnya berhenti di tempat terakhir gue bekerja dan mulai mencari pekerjaan baru sehingga gue juga harus menghadapi banyak problem-problem tidak penting selama beberapa bulan (kebanyakan sih adalah masalah dari dalam pribadi yah, untuk bagian ini mungkin akan gue bahas juga di postingan lain).

Akhirnya hari ini gue kembali, 

dan mencoba menulis lagi dari persepsi gue sendiri tanpa mengambil dari topik yang sedang ngetren saat ini (#justiceforaudrey #pemilu #uangberantai25rb) lupakan jauh-jauh soal itu ah, lagi ga pengen bahas itu.
Setelah gue merenung berminggu-minggu untuk mencari topik yang menarik dan bagaimana cara menuliskannya, gue akhirnya paham pada beberapa menit lalu bahwa
"f*ck it all, menulis adalah untuk mengekspresikan diri, bukan untuk mengesankan pembaca, bukankah dari dulu udah ditekankan bahwa penulis adalah orang yang menuangkan perasaan dan pemikirannya lewat tulisan?"

Jadi darimana asalnya tulisan yang tidak bernyawa tersebut muncul? Bukan dari gaya bahasa, melainkan justru dari ketidaktulusan yang dirasakan oleh pembaca karena lagi-lagi si penulis hanya mau menyenangkan pembaca saja tanpa adanya pengekspresian diri.

Jika kesadaran ini terjadi sebagai hadiah untuk ulang tahun gue, maka.. 

bro sis, gue beneran bersyukur banget pada Tuhan karena akhirnya gue bisa melanjutkan passion gue untuk menulis tanpa perlu berpikir panjang lagi apalagi sampai mencari-cari topik yang sedang booming segala.

Terima kasih Tuhan!

Semoga di umur gue yang ke 24 ini gue dapat membahagiakan dan menginspirasi orang lain dan diri gue sendiri dengan perwujudan nyata dari passion menulis yang gue miliki.

- Jesisca -

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Hi guys,
mohon gunakan bahasa yang sopan ketika berkomentar yah,
dan mohon maaf jangan ngiklan di blog ini,
Terima kasih